Kamis, 19 April 2012

Gentle Birth : Hayati Kembali Perjalanan Ibu Dan Bayi

Bunda... tulisan Ibu Deepa kali ini mengenai Gentle Birth, sebuah metode persalinan yang tenang dan santun, dan memanfaatkan semua unsur alami. 
Sebagai anggota Deputi Education and Training dari Indonesian Water Birth Association (IWBA), ibu Deepa ingin melakukan kewajiban sebagai pemberi informasi ttg Water Birth yang merupakan salah satu metode Gentle Birth ;)
Tulisan Ibu Deepa ini adalah sebuah artikel yang ibu Deepa baca saat pertama kali periksa kandungan dengan Dr I Nyoman Hariyasa Sanjaya, SpOG, ahli kandungan dan kebidanan, penggagas Indonesian Water Birth Association (IWBA) (awalna Bali Water Birth Association / BWA), di sebuah majalah Nirmala. Artikel inilah yang membuat saya semakin mantap memilih metode Water Birth untuk menyambut putra pertama saya, Deepa, ke dunia ;) 

Ibu Deepa - Water Birth salah satu Metode Gentle Birth


Gentle Birth: Cara Melahirkan “Primitif” yang kembali Nge-tren

Untuk mencapai hidup yang lebih baik, terkadang kita justru perlu belajar pada kearifan alam.
Di sebuah rumah, suatu siang. Menjelang persalinannya, seorang perempuan memasuki kolam plastik berisi air hangat. Sambil duduk bersandar dan memejamkan mata, ia bernapas secara perlahan. Sesekali, ia mengubah posisinya dengan setengah berjongkok sambil menggoyang-goyangkan pinggul. Tak lama kemudian, dan dengan bibir tetap tersenyum, perempuan itu pun melahirkan. Bayi yang meluncur di dalam air itu ditangkap oleh bidan, dan langsung diletakkan di atas dada Sang Ibu untuk disusui – dalam keadaan belum dibersihkan atau pun dipotong tali pusarnya terlebih dahulu.
Adegan melahirkan secara gentle birth yang digambarkan dalam film dokumenter “Birth As We Know It”, karya Elena Tonetti, seorang aktivis gentle birth dari Rusia, itu, berulangkali membuat Wika (31 tahun), ibu rumah tangga dari Jakarta, menyeka air mata haru. “Tidak pernah terbayangkan bahwa seorang perempuan bisa melahirkan dengan cara seindah itu, seolah-olah tidak merasa sakit sama sekali. Sungguh menakjubkan!” tuturnya.


Namun bisa dimaklumi, jika kita yang cenderung skeptis mungkin justru tak langsung percaya dan cenderung menganggap adegan itu terjadi di dalam film saja. Bagaimana tidak, selama ini, melahirkan “telanjur” dianggap sebagai peristiwa yang menyakitkan, bahkan sewaktu-waktu dapat mengancam nyawa ibu dan anak. Alih-alih melahirkan di rumah, ibu yang akan melahirkan biasanya akan segera dilarikan ke klinik atau rumah sakit, untuk sepenuhnya ditangani dokter dan tenaga medis.

Pergeseran paradigma
Dr I Nyoman Hariyasa Sanjaya, SpOG, ahli kandungan dan kebidanan, penggagas Bali Water Birth Association (BWA), dari RS Sanglah, Denpasar, berpendapat, fenomena tersebut tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jaman. Modernisasi, teknologi serba canggih dan keinginan untuk praktis, secara tidak disadari menyebabkan terjadinya dehumanisasi, yaitu proses reduksi manusia menjadi robot yang tidak lagi terdiri dari satu kesatuan mind, body, dan spirit. Proses melahirkan pun dipandang sebagai peristiwa biologis semata. Selain itu, gambaran mengenai persalinan yang menyeramkan juga melekat di pikiran para perempuan sehingga tanpa pemahaman yang cukup, mereka cenderung “menyerahkan” tubuhnya pada pihak yang dianggap lebih tahu.
Pergeseran paradigma tersebut, tanpa disadari, menimbukan banyak trauma pada tubuh manusia, yang dampaknya tidak bisa dianggap remeh. “Sejak tahun 1970-an misalnya, terjadi tren operasi sesar  dan intervensi medis yang tidak perlu. Kedua faktor ini diduga kuat ikut menjadi faktor penyebab kegagalan proses menyusui, terjadinya baby blues syndrome (stres pasca persalinan), juga meningkatnya bermacam-macam gangguan penyakit, termasuk alergi dan autisme,” jelas Dr Hariyasa.

Bukan metode baru
Berangkat dari fenomena tersebut, lahirlah semacam kesadaran untuk kembali pada konsep persalinan yang alami dan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistik (gentle birth).
Perlu diketahui, gentle birth sama sekali bukan metode baru, karena pada dasarnya cara melahirkan semacam itu sudah dilakoni oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun yang lalu. Robbie Davis-Floyd dan Melissa Cheyney, dalam bukunya, Childbirth Across Cultures, mengungkapkan, posisi melahirkan dengan cara berdiri, berjongkok, setengah berjongkok, atau merangkak, misalnya, sama seperti yang dilakukan oleh suku-suku primitif di berbagai penjuru dunia. Beberapa penelitian mengungkapkan, posisi yang dilakukan secara instingtif tersebut sesuai dengan mekanisme alamiah tubuh manusia untuk melahirkan.
Saat melahirkan dalam keadaan setengah tegak, rongga panggul menjadi terbuka secara optimal, kontraksi kandungan mengarah ke bawah, dan proses keluarnya bayi sangat terbantu oleh bekerjanya hukum gravitasi. Kondisi ini membuat sobekan vagina tidak perlu terjadi. Aliran darah dari tubuh ibu ke rahim juga menjadi lebih lancar, sehingga asupan oksigen bagi bayi tetap tercukupi dan plasenta dapat keluar secara optimal. Posisi setengah tegak tadi juga terbukti menekan risiko terjadinya cedera punggung dan mengurangi rasa sakit.
Pada jaman dahulu, perempuan melahirkan di rumah adalah hal yang lumrah. Alasannya, melahirkan merupakan peristiwa domestik yang sakral, sehingga perempuan yang akan melahirkan cenderung memilih tempat, suasana, serta orang-orang yang sudah menjadi bagian hidupnya sehari-hari. Beberapa orang juga lebih suka pergi ke danau atau sungai untuk berendam selama kontraksi dan melahirkan bayinya di dalam air.
Untuk membantu jalannya persalinan, mereka menggunakan alat bantu berupa tongkat atau kursi yang bagian dudukannya dilubangi (untuk membantu menyangga tubuh), atau berpegangan pada tali, tiang, dan balok. Saat profesi bidan mulai dikenal, posisi-posisi dan cara melahirkan tadi tetap dipertahankan. Selama proses melahirkan bidan mendampingi si ibu sambil berlutut, untuk mengamati sekaligus bersiap-siap “menangkap” bayi. Setelah lahir, bayi segera diserahkan kembali pada si ibu untuk didekap dan disusui. Plasenta tidak selalu langsung dipotong, seringkali dibiarkan terlepas dengan sendirinya. Seperti halnya binatang menyusui, ibu dan bayi juga tidur dan beraktivitas bersama sampai si anak siap untuk mandiri.

Persalinan modern, pada awalnya
Sebelum akhir abad ke-17, perempuan yang akan melahirkan masih dibiarkan mengambil posisi apapun yang dirasa nyaman. Posisi melahirkan pun berubah ketika pembantu persalinan tradisional serta bidan mulai digantikan oleh dokter: ibu yang akan melahirkan diminta berbaring telentang. Sebagai alat bantu, rumah sakit dan klinik bersalin menyediakan semacam “penahan” di bagian bawah lutut atau tungkai untuk membantu perempuan mengangkat kaki. Rumah sakit juga memberlakukan standar khusus pada proses persalinan, seperti pemberian suntikan urus-urus, pencukuran rambut kemaluan, “aturan untuk tiduran” menjelang persalinan, serta rawat pisah antara ibu dengan bayi yang dilahirkan.
Lauren Dundes, MHS, dalam laporan penelitiannya yang berjudul “The Evolution of Maternal Birthing Position” mengungkapkan, posisi melahirkan sambil berbaring dan mengangkat kaki (lithotomy) tidak dilatarbelakangi studi ilmiah, melainkan semata-mata dilakukan demi memudahkan dokter untuk memeriksa vagina dan menangani persalinan (American Journal of Public Health 1987, Vol.77, No.5). Alasannya, ketika perempuan yang akan melahirkan berada dalam posisi berbaring, kontraksi kandungannya akan mendorong bayi secara horisontal. Akibatnya, ia justru menentang kekuatan gravitasi. Selain memperlambat persalinan itu sendiri, posisi tersebut juga memperbesar kemungkinan terjadinya sobekan vagina dan timbulnya berbagai komplikasi.
Miriam Stoppard, MD, dalam bukunya Pregnancy and Birth Handbook, mengatakan, suntikan urus-urus tidak wajib diberikan jika perut pasien telah kosong. Sementara itu, pada persalinan normal, mencukur rambut kemaluan juga tidak perlu dilakukan. Studi yang ada menunjukkan, rambut kemaluan tidak meningkatkan kemungkinan infeksi dan membersihkan daerah vagina menggunakan kain kasa dan antiseptik dianggap sudah cukup. Stoppard berpendapat, alasan pencukuran rambut kemaluan lebih bertujuan memudahkan dokter untuk melakukan perobekan vagina sekaligus memudahkan pemulihan jahitan.
Beberapa kalangan mengritik penggunaan electronic fetal monitors (monitor elektronik untuk memantau detak jantung bayi), juga intervensi medis lain yang belum tentu diperlukan, namun mengondisikan ibu “harus” berbaring menjelang persalinan. Sebuah penelitian menunjukkan, kondisi tersebut justru mengakibatkan perasaan ibu menjadi tidak nyaman, dan diduga ikut berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinannya.
Rawat pisah juga dianggap menyulitkan proses menyusui secara ekslusif dan terjalinnya bonding antara bayi dan keluarga. Padahal, begitu banyak studi mengungkapkan bahwa kedekatan ibu dan bayi pada saat-saat pertama dilahirkan sangat berpengaruh terhadap kelancaran menyusui, kualitas kesehatan bayi, mempercepat pemulihan ibu, menekan risiko baby blues syndrome, dan masih banyak lagi.

Trauma dalam persalinan
Otto Rank, psikoanalis asal Austria, dalam bukunya The Trauma of Birth mengungkapkan bahwa penyebab utama gangguan syaraf dan perilaku seseorang adalah proses persalinannya sendiri. Pernyataan itu diteliti secara mendalam oleh Arthur Janov, psikolog dan psikoterapis dari Amerika, dan riset yang dilakukan menemukan hal yang sama. Bahkan, ia menegaskan bahwa proses yang terjadi sebelum dan selama kehamilan juga ikut mempengaruhi.
Intervensi medis yang tidak perlu, metode persalinan dan penanganan yang tidak selaras dengan kebutuhan alamiah manusia, serta lingkungan yang tidak mendukung seperti inilah yang diyakini banyak peneliti sebagai penyebab trauma, baik terhadap ibu maupun bayi. Trauma tersebut ikut menentukan perilaku jiwa si anak ketika tumbuh dewasa, mulai bagaimana dia mengenal dan mengekspresikan cinta, berkomunikasi, berperilaku, mengambil keputusan, dan lain sebagainya.
Yang mencengangkan, trauma ternyata dialami oleh hampir semua orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr William Emerson, PhD, psikiater dari Amerika, yang berjudul “Birth Trauma: The Psychological Effects of Obstetrical Intervention”, ditemukan bahwa 95 persen persalinan yang terjadi di Amerika bersifat traumatis. Dari angka tersebut, 50 persennya adalah trauma sedang, dan 45 persennya merupakan trauma berat. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Prenatal and Perinatal Psychology and Health (PPPH), tahun 1998, tersebut dianggap mewakili kasus trauma persalinan yang terjadi di dunia, karena metode persalinan modern saat ini sebagian besar berkiblat ke sana.

Gentle birth, dimulai sebelum persalinan
Elena Tonetti, aktivis gentle birth dari Rusia, menjelaskan, persalinan merupakan momen terpenting dalam kehidupan manusia. Sebab, pada saat bayi lahir terjadi proses limbic imprinting, yaitu terjadinya proses perekaman memori yang mendasari pemahamannya terhadap cinta. Jika persalinan terjadi penuh trauma, maka trauma tersebut direkam sebagai pemahaman tentang rasanya cinta yang dibawa seumur hidupnya. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah persalinan ramah jiwa dan penuh kehangatan, demikianlah pula cinta akan terekam. Bayi tersebut akan tumbuh berdasarkan kasih, dan inilah yang ia warisi secara fisik, mental, dan spirit sampai dewasa. Hal yang sama juga diungkapkan oleh R.D Laing, ahli psikologi dari Scotlandia, dalam bukunya yang berjudul The Facts of Life.
“Itu sebabnya, aspek jiwa dalam kehamilan dan persalinan perlu dipahami secara lebih peka. Gentle birth pun sebaiknya tidak dipandang pada fase kelahiran saja, melainkan sebagai rangkaian yang sudah disadari sejak awal. Mulai dari hubungan seks yang dilakukan secara sadar, kehamilan yang dijalani sealamiah mungkin dan minim intervensi, persalinan yang ramah jiwa, hingga mengasuh anak dengan penuh kesadaran,” tutur Reza Gunawan, praktisi penyembuhan holistik di Jakarta, yang telah mempraktikkan persalinan gentle birth bersama Dewi Lestari, istrinya.

Prinsip yang harus dipenuhi
Dr Hariyasa mengungkapkan, gentle birth didasari keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan sealamiah mungkin, tenang, dan nyaman. Metode ini mengajarkan perempuan untuk menyatu, mempercayai isyarat tubuh, serta meyakini bahwa tubuh mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga komplikasi bisa ditekan serendah mungkin, bahkan dihindari.
Menurutnya, agar kondisi tersebut dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi.
Pertama, melahirkan dipandang sebagai momen yang harus “dirayakan” dengan penuh rasa hormat, damai, dan sakral oleh semua yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, aspek mental dan spiritual juga perlu diperhatikan.   Ibu diberi kesempatan untuk percaya, memberdayakan, dan memegang otonomi tubuhnya sendiri, sedangkan tenaga medis dan perlengkapannya bersifat membantu.
Kedua, adanya peran serta keluarga – terutama suami – untuk memberikan dukungan mental dan spiritual. Partisipasi aktif semacam itu akan membuat masing-masing pihak bertransformasi untuk “tumbuh dan berkembang” bersama. Karena bagaimanapun, proses kehamilan dan kelahiran sesungguhnya merupakan fase di mana orangtua “dibesarkan” menjadi pribadi yang lebih matang.
Ketiga, rasa mulas dan nyeri menjelang melahirkan dipandang sebagai mekanisme alamiah tubuh untuk membantu mengeluarkan bayi. Meskipun tetap ada, rasa nyeri tidak lagi dipandang sebagai rasa sakit yang perlu ditakuti atau dihindari.

Memahami nyeri
“Lagipula,” menurut Lanny Kuswandi, praktisi hypnobirthing dari Klinik Pro-V, Jakarta, “Sebenarnya nyeri itu bersifat sangat subjektif dan dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari pengalaman hidup atau trauma, kondisi fisik, kecemasan, hingga budaya ibu yang bersangkutan. Artinya, semakin sehat fisiknya, semakin besar rasa percaya diri, kesiapan, serta keikhlasan ibu menjalani persalinannya, rasa nyerinya akan semakin ringan.”
Jadi yang perlu dilakukan adalah mengelola nyeri, dengan membuat hormon ini bisa diproduksi secara optimal. “Caranya, antara lain melatih diri agar mencapai kondisi relaks yang dalam (meditatif), karena dalam kondisi inilah hormon endorfin akan berproduksi dengan baik. Semua itu bisa dilatih dengan cara meditasi, wirid, yoga, hipnoterapi, atau apa pun yang membuat tubuh kita lebih terhubung secara fisik, mental dan spiritual. Dengan demikian, rasa nyeri bisa ditekan, teralihkan, atau bahkan dinikmati kehadirannya,” jelasnya.


Pentingnya membersihkan trauma
Igor Charkovsky, seorang penyembuh dari Rusia, orang pertama di dunia yang melakukan eksperimen tentang persalinan di dalam air (water birth), mengamati bahwa semakin bersih jiwa ibu dari trauma kehidupan, ia akan semakin lancar menjalani persalinan. Persalinan yang alami dan lancar menjadi penting karena mencegah timbulnya trauma baru bagi ibu dan anaknya.
Oleh sebab itu, Reza menyarankan, proses persiapan persalinan – yang sebaiknya dilakukan sebelum dan selama kehamilan – juga meliputi pembersihan diri, agar semua bagian dalam diri kita yang sebelumnya ditunda, ditolak, atau dihindari bisa disembuhkan terlebih dahulu.
Dalam pengalamannya, Reza dan istrinya tekun berlatih meditasi, self healing, dan teknik Tapas Acupressure Technique (TAT) untuk membersihkan jiwa. “Calon ayah juga perlu melakukannya, karena janin membawa 50 persen gen ayah dan 50 persen gen ibu. Jadi, apabila permbersihan dilakukan oleh kedua orangtua, hasilnya akan lebih baik bagi bayi. Selain itu, pembersihan trauma juga perlu sebagai modal mendampingi istri dengan tenang pada saat persalinan,” tuturnya.

Tidak harus di rumah
Meskipun banyak orang menilai bahwa melahirkan di rumah (homebirth) adalah kondisi paling ideal untuk gentle birth, Dr Hariyasa berpendapat, persalinan ini juga bisa dilakukan di klinik-klinik dan rumah sakit. Bahkan, gentle birth tetap bisa diberlakukan pada ibu yang menjalani operasi sesar atau menjalani prosedur medis lainnya, selama prinsip-prinsipnya dipatuhi.
Di Indonesia, klinik bersalin yang sudah menjalankan konsep gentle birth secara holistik dipelopori oleh Yayasan Bumi Sehat. Klinik non-profit yang terletak di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali, ini sejak tahun 1995 sudah membantu kelahiran ribuan perempuan, baik lokal maupun ekspatriat.
Selama proses kehamilan, mereka diajak mempersiapkan persalinan secara fisik, mental, dan spiritual, di antaranya dengan diajak berlatih meditasi dan yoga. Dalam menjalani persalinan, mereka juga dipersilakan menentukan posisi apa pun yang dirasa paling nyaman, termasuk berendam di dalam kolam yang ditaburi bunga aneka warna.
Intervensi medis juga dilakukan secara sangat minim, hanya jika benar-benar diperlukan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah klien yang harus ditransfer ke rumah sakit untuk operasi sesar, yang berkisar 4-5 persen dari jumlah klien. Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan jumlah kasus operasi sesar pada persalinan modern di Indonesia yang angka rata-ratanya lebih dari 29 persen. Padahal, angka maksimum yang direkomendasikan WHO adalah 15 persen.

Semua orang bisa!
Sayangnya, meskipun gentle birth sudah memperoleh restu dari WHO, hingga saat ini konsep gentle birth belum dapat diterima sepenuhnya oleh dunia kedokteran. Sejauh ini, yang sudah mulai diterapkan di beberapa klinik bersalin dan rumah sakit adalah persalinan di dalam air (water birth) dan hypnobirthing. Itu pun dengan syarat bila kehamilan tidak mengalami komplikasi atau berisiko tinggi.
Meskipun begitu, Dr Hariyasa menilai, efeknya sudah lebih menggembirakan: para ibu menjadi lebih rileks, rasa sakitnya berkurang, serta komplikasi yang terjadi bisa ditekan.
“Tanpa menjadi alergi terhadap teknologi dan dunia medis, yang penting perempuan dan keluarganya paham bahwa ketika hamil dan melahirkan, yang memegang kendali dan menentukan nasib tubuhnya adalah dia sendiri. Bukan dokter, perlengkapan serba modern, maupun teknologi canggih. Periksa dan konsultasi ke dokter atau bidan tetap penting, namun jangan lupa untuk memberdayakan diri. Toh, alam sudah memberi kita modal berupa mekanisme luar biasa untuk bisa hidup sehat dan sejahtera. Tinggal kita yang menentukan: memanfaatkannya, atau tidak,” pungkasnya.

Testimonial: Dewi Lestari, penulis dan penyanyi, berdomisili di Jakarta
“Gentle birth adalah persembahan bagi bayi”
“Berbeda dengan saat melahirkan Keenan (5 tahun), anak pertama saya yang lahir secara sesar, kehamilan dan persalinan Atisha (13 bulan), anak kedua,  berjalan lebih alami. Saya belajar taichi, meditasi, dan self healing untuk menyembuhkan trauma. Ketika tiba di hari H, saya melahirkan di rumah dalam sebuah kolam berisi air hangat dan hanya didampingi Reza. Pada saat itu, pesan yang saya pegang dari Mira, bidan gentle birth kenalan kami, adalah “Percaya saja pada alam”. Menurutnya, bayi akan keluar pada waktunya. Bahkan, Mira juga menganjurkan agar saya tidak perlu mengejan.
Ternyata benar. Sekitar pukul 9 pagi, nyeri kontraksi seperti berganti sensasi lain: seolah ada sesuatu di dalam tubuh yang ingin mendorong keluar.  Saat itu, spontan lutut saya menekuk seperti mau jongkok. Intuisi saya berkata, sudah waktunya. Saya langsung mengajak Reza masuk ke kolam. Sekitar 30 menit kemudian Atisha keluar dengan sendirinya. Ia ditangkap oleh tangan Reza, dan diberikan pada saya untuk kami dekap dan menyusu.
Bagi saya, gentle birth – dengan pendekatannya yang ramah jiwa dan minim trauma – seperti tidak ada kebisingan, suasana asing, tidak ditangani oleh orang-orang yang tidak ia kenal, tidak dipisahkan dengan ibu, langsung disusui sesuai insting naluriahnya, adalah hadiah bagi bayi. Bukan cuma perkara mengurangi nyeri atau mencari kenyamanan semata. Saat persalinan, yang kami dengarkan dan turuti adalah kesiapan si bayi dalam perut, bukan semata-mata apa yang saya mau, juga sekadar mengikuti aba-aba orang luar. Kami bersyukur dapat mempersembahkannya untuk Atisha”.
*Terbit di majalah Nirmala edisi Desember 2010, penulis Dyah Pratitasari

Kamis, 12 April 2012

Tips Mengatasi Batuk Pilek

Bundaaa... 
Belakangan ini hampir setiap orang mengeluhkan sakit batu pilek, dan radang tenggorokan, termasuk Ibu Deepa nih :D
Mungkin bagi sebagian orang, penyakit ini adalah penyakit ringan langganan, namun tetap saja yang namana sakit, pasti mengganggu aktifitas kita. Tak jarang orang-orang ingin segera menyembuhkan batuk pilek ini dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter. Sehingga, mengkonsumsi obat batuk bebas itu menjadi kebiasaan yang turun menurun. Padahal menurut banyak ahli, ini adalah kebiasaan buruk. Terlebih jika diterapkan pada baby dan anak-anak. Hhmm... 

Jadi bundaaa... mari kita pelajari apa itu batuk pilek, sehingga kita bisa mencegah, mengatasi, dan memberikan perawatan yang benar dan tepat, khususnya untuk anak-anak.
 
Batuk Pilek Beda dengan Influensa
Biasanya geala batuk pilek dimulai 2-3 hari setelah terjadinya infeksi. Gejalanya sangat khas, yaitu bersin-bersin, hidung berair, hidung tersumbat, batuk, suara serak. Hal ini bisa berlangsung kurang lebih seminggu. Biasanya hanya 2-3 hari bila gejalanya ringan, tapi bisa sampai 2 minggu bila gejalanya tergolong parah. Namun bila sudah lebih dari 2 minggu gejala pilek belum hilang juga, bisa jadi penyebabnya adalah alergi.
Terkadang muncul juga gejala lain seperti sakit kepala, demam, otot kaku dan nyeri, lelah dan hilang nafsu makan. Munculnya gejala demam, rasa lelah, dan kehilangan nafsu makan, disebabkan oleh bahan kimia cytokines yang dilepaskan oleh sel darah putih. Dengan cara itu, tubuh berusaha membuat kita beristirahat dan menghemat energy supaya bisa melawan infeksi. Namun gejala ini biasanya hanya muncul pada batuk pilek yang berat atau pada influenza.
Umumnya orang sering terkecok, menyamakan batuk pilek dengan influenza. Gejala awalnya memang mirip, tapi gejala batu pilek lebih ringan dibandingkan influenza. Influenza cenderung menimbulkan demam, otot kaku, dan batuk yang lebih parah. Tetapi gejala influenza yang ringan, bisa saja mirip dengan batuk pilek. Memang cukup sulit membedakan berdasarkan gejala.
Baik batuk pilek maupun influenza sama-sama disebabkan oleh virus, namun jenis virus penyebabnya berbeda. Jenis virus penyebab gejala batuk pilek dan influenza jumlahnya bisa lebih dari 200 macam. Itu sebabnya sulit bagi tubuh kita untuk membangun kekebalan. Karena setiap kali virus yang menyerang bisa berbeda-beda.

Pilek Terjadi Karena Kedinginan?
Selama ini, banyak orang beranggapan bahwa kedinginan bisa menyebabkan pilek. Berdasarkan penelitian, ternyata tidak pernah terbukti bahwa terpapar cuaca dingin, kedinginan, atau kepanasan bisa menyebabkan pilek jika kita terinfeksi virus. Namun Dr. Elson M. Haas, seorang dokter Amerika yang menggabungkan pengobatan konvensional dan alami, dalam artikelna Staying healthy with Dr. Elson Haas menjelaskan bahwa virus bukan satu-satunya penyebab batuk pilek. Menurut dia, kekebalan tubuhnya lemah cenderung lebih mudah terkena penyakit infeksi. Dan hal-hal yang menyebabkan lemahnya kekebalan tubuh, diantaranya adalah pola makan yang buruk, kurangnya olahraga, stress, dan kurang tidur.
Nampaknya kita memang perlu lebih mewaspadai stress yang kita alami sehari-hari. Karena berdasarkan penelitian, stress menekan kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Ketika kita stress, terjadi peningkatan pelepasan hormone kortikosteroid, jenis hormone yang telah diketahui bisa menekan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Kehidupan modern yang cenderung menimbulkan stress diduga merupakan salah satu penyebab tingginya kasus penyakit batuk pilek di kota-kota besar.
Mengenai pilek yang terjadi setiap perubahan musim, menurut Dr. Haas kemungkinan yang kita alami adalah gejala detoks alami yang gejalanya memang mirip pilek. Ketika udara menjadi lebih dingin dan lembab, tubuh cenderung membuang sisa-sisa metabolisme dan membersihkan lendir yang berlebihan dan menyumbat jaringan sel untuk melancarkan sirkulasi darah. Dengan begitu, kita bisa menyesuaikan diri dengan cuaca di luar.

Tingkatkan Imunitas Tubuh
Karena belum ada obat yang bisa membunuh virus, maka penderita batuk pilek biasanya cenderung membiarkan saja atau minum obat yang dijual bebas bila gejalanya ringan. Mereka baru datang ke dokter jika gejala yang dialami tergolong berat dan sangat mengganggu. Namun, dokter pun biasanya hanya member vitamin dan obat penekan gejala batuk pilek. Obat demam diberikan jika memang ada gejalanya.
Antibiotika terkadang juga diberikan dokter. Sebenarnya antibiotika bukanlah obat yang tepat untuk virus, tetapi lebih cocok untuk bakteri. Tetapi jika sampai terjadi komplikasi seperti infeksi bakteri di bagian tengah telinga atau sinusitis, antibiotika dalam hal ini memang diperlukan.
Nampaknya, upaya pencegahan lebih mudah dilakukan daripada usaha pengobatan. Berdasarkan penelitian, 95% orang normal akan terinfeksi jika ada virus yang masuk ke dalam hidungnya. Namun dari setiap orang yang terinfeksi, hanya 75% yang mengalami gejala batuk pilek. 25% sisanya meski terinfeksi virus, ternyata tidak mengalami gejala apapun. Diduga hal ini disebabkan karena tubuhnya memiliki system kekebalan yang lebih baik.
Jadi jika ingin mencegah terjadinya batuk pilek, maka tindakan yang paling bijaksana pertama adalah meningkatkan kekebalan tubuh. Caranya yaitu dengan memperbaiki pola makan, berolah raga teratur, mengatasi stress dan tidur cukup.
Kita perlu mengurangi konsumsi dan minuman olahan yang mengandung gula. Juga makanan dan minuman yang mengandung aneka pengawet serta pewarna buatan, karena bisa menurunkan jumlah sel-sel darah putih dalam tubuh kita dan melemahkan kemampuan sel darah putih melawan virus. Sebaiknya tiap hari kita mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi seimbang, dan dengan menu yang bervariasi. Usahakan jangan sampai kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan Seng.

Cegah Terjadinya Penularan
Untuk mencegah terjadinya penularan, kita perlu memahami cara virus ini memperbanyak diri dan menimbulkan infeksi. Yang menarik dalam hal ini, virus penyebab batuk pilek hanya memperbanyak diri di dalam sel hidup. Di luar sel hidup, virus tersebut tidak bisa memperbanyak diri, tetapi bisa hidup lebih sampai lebih dari tiga jam. Dan jika sampai terhirup bersama udara hingga masuk ke dalam hidung bisa langsung menimbulkan infeksi.
Virus batuk pilek juga bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh kita lewat mulut, hidung, atau mata. Biasanya kita memang mudah terkena batuk pilek ketika berada di dekat orang yang batuk atau bersin-bersin. Namun yang lebih sering, virus masuk dengan perantara jari-jari kita karena kebetulan menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi virus seperti pulpen yang terletak di meja, tombol start pada mesin fax atau alat fotokopi, gagang telepon, pegangan tangga atau pintu di tempat umum, atau ketika memencet tombol untuk menyalakan lampu. Sedikit virus saja sudah cukup untuk menimbulkan infeksi.
Pada anak-anak, penularannya bisa lebih gampang lagi karena baik di sekolah maupun di taman bermain, kemungkinan terjadinya kontak pada waktu bermain bersama sangat besar. Juga kalau mereka bermain bersama dengan menggunakan mainan yang sama. Jika salah satu terinfeksi, mudah sekali menularkan pada anak-anak yang lain.

Langkah-langkah berikut ini mencegah terjadinya penularan:
Jika kondisi tubuh anda atau anak anda sedang kurang fit, hindari terlalu banyak kontak dengan penderita batuk pilek.
  • Sehabis kontak dengan penderita atau dengan benda-benda serta permukaan tempat yang sekiranya telah terkontaminasi virus, segera cuci tangan. Mencuci tangan bisa melepaskan virus penyebab batuk pilek dari tangan dan jari-jari. Gerakan mencuci tangan tersebutlah yang melepaskan virus tersebut dari tangan dan jari-jari. Sabun dan detergen biasa yang kita gunakan memang tidak bisa membunuh virus tetapi bisa melepaskannya dari tangan dan jari-jari kita.
  • Jauhkan jari-jari anda dari mata, mulut, atau hidung.
  • Usahakan menghindar jika ada orang yang batuk atau bersin ke arah anda.
  • Bersihkan permukaan benda-benda keras di sekeliling anda dengan desinfektan.
Atasi Dengan Cara Alami
Jika kita telah telanjur mengalami gejala batuk pilek, berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan:
  • Pastikan tubuh anda mendapat cukup istirahat di tempat tidur, lepaskan sejenak rutinitas sehari-hari dan usahakan untuk menghalau stress. Tubuh anda perlu istirahat supaya mampu memerangi penyakit ini.
  • Minumlah banyak cairan, terutama air putih, jus buah segar atau teh herbal panas.
  • Mengkonsumsi sup sayuran dengan bumbu bawang putih akan sangat membantu. Karena bawang putih banyak mengandung bahan kimia yang berfungsi antimikroba, antivirus dan antiprotozoa.
  • Echinacea adalah herba yang telah dikenal bisa membantu mengatasi batuk pilek. Namun herba ini hanya efektif jika dipergunakan saat kita baru terinfeksi virus.
  • Vitamin C dalam dosis tertentu, meskipun tidak bisa mengobati, setidaknya bisa mengurangi keparahan penyakit atau memperpendek selang waktu terjadinya gejala.
  • Minyak esensial yang mengandung eucalyptus dan menthol telah lama digunakan untuk mengatasi batuk pilek dan flu. Menthol banyak terdapat pada minyak peppermint, sedang eucalyptus terdapat pada minyak eucalyptus.
  • Untuk mengatasi batuk, buat ramuan madu dan jeruk nipis. Jika cukup parah buatlah ramuan lidah buaya dan madu.

Agar anda tidak menjadi sumber penularan, jangan lupa untuk sementara waktu kurangi kontak dengan orang lain. Tutp hidung dan mulut ketika bersin dan batuk. (sumber Nirmala) 
(dari : http://sweetspearls.com/health/mengatasi-batuk-pilik-secara-alami/) 

Nah bunda, skrg sudah tau kan tentang batuk pilek. Satu hal penting menurut Ibu Deepa adalah : virus batuk pilek tidak dapat dibunuh dengan obat-obatan. Obat-obat yang dijual di pasaran hanya meredakan sementara, bukan menyembuhkan. Satu-satuna yang bisa melawan virus batuk pilek adalah kekebalan tubuh kita. Jadi... jangan terburu-buru mengkonsumsi obat batuk pilek, konsumsilah makanan dan minuman yang sehat untuk meningkatkan kekebalan tubuh kita, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Yang terpenting adalah perbanyak konsumsi air hangat dan buah :)

Bagaimana jika buah hati kita yang terserang batuk pilek? Tak jarang ibu-ibu langsung panik dan segera ke dokter untuk meminta resep obat. Nah, untuk yang satu ini, Ibu Deepa mendapatkan tips Home Treatment dari @drtiwi @aimi_ASI @ID_AyahASI dan dokter Oka dari @balipeduliasi. Tips ini sudah 3 kali Ibu Deepa terapkan saat Deepa terserang batuk pilek, dan ketiganya berhasil sembuh tanpa obat ;) 

Tips Home Treatment untuk mengatasi batuk pilek pada anak (sangat direkomendasikan untuk baby) :
prinsipnya masih sama, yaitu usahakan agar pernapasan anak tetap lancar, tidak tersumbat/mampet, terutama saat tidur. kemudian biarkan kekebalan tubuhnya yang melawan virus batuk pilek
1. lebih sering berikan ASI fresh (nenen/menyusui), anak akan mendapat kekebalan tubuh dari ASI.
2. Ibu menyusui minum air jahe : manfaat menghangatkan dari jahe bisa disalurkan melalui ASI.
3. Jemur pagi : paparkan sinar matahari pagi (15 menit saja) antara pukul 7-9 pagi.
4. lakukan terapi uap, yaitu : 
- Air panas dituang dalam baskom, ditetesi beberapa tetes minyak kayu putih. 
- Kemudian diletakkan di salah satu sudut kamar. 
- Tutup rapat pintu dan jendela, agar uap memenuhi ruangan (seperti sauna). Uap membuat udara dalam ruangan lebih lembab, sehingga memudahkan keluarnya lendir dari dalam tubuh. Sedangkan aroma menthol minyak kayu putih membuat napas menjadi lega.
- Segera ganti air jika air sdh mendingin dan tidak beruap lagi. Nah, agar tidak repot, bolakbalik rebus air, Ibu Deepa menggunakan teko pemanas air elektrik ;)





Sekian tulisan Ibu Deepa tentang batuk pilek, semoga bermanfaat :)
"Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati penyakit.  Home Treatment dan pengobatan alami untuk sakit ringan lebih baik daripada obat kimia".

Semangaaattt bundaaa ^___^



Selasa, 10 April 2012

Peranan ASI Dalam Mencegah Obesitas Anak


 
Bundaaa... Ibu Deepa mo berbagi info lg nih mengenai manfaat ASI lainnya, yaitu mencegah obesitas anak. Pengalaman saya bersama ibu-ibu lainna yang memberikan ASI eksklusif untuk buah hati hampir sama, yaitu jarang menjumpai baby ASI yang terlalu gendut. Untuk ibu-ibu yang belum mengetahui hal ini, pasti akan mengira anak-anak ASI eksklusif kekurangan gizi, karena umumna anak-anak/baby di Indonesia, dinilai sehat dan lucu jika baby tersebut terlihat gendut... 

Suatu fenomena yang sedikit aneh menurut saya, ibuna pengen punya badan langsing, tapi malah berlomba-lomba buat anak jd gendut??? Obesitas saat ini memang menjadi masalah yg sangat serius, karena gaya hidup yang kurang sehat, terlebih di perkotaan. Mari berikan ASI eksklusif untuk mengurangi resiko obesitas pada buah hati kita nanti. Tulisan ini Ibu Deepa ambil dari aimi-asi.org.


Angka kejadian obesitas pada anak sangat meningkat beberapa dekade terakhir. Data di Amerika menunjukkan 10,4% anak usia 2-5 tahun mengalami kelebihan berat badan, 15,3% pada anak 6 sampai 11 tahun, dan 15,5 % pada anak usia 12 sampai 19 tahun (Ogden et al. 2002). Kelebihan berat badan pada anak cenderung akan terbawa terus sampai anak tersebut dewasa; 77 % anak dengan berat badan berlebih akan menjadi orang dewasa yang juga kelebihan berat badan (Freedman et al. 2001). 

Apa bahaya obesitas? Obesitas merupakan faktor risiko penting pada penyakit kanker, penyakit jantung dan hipertensi, diabetes, batu empedu, serta penyakit ginjal. Mencegah anak mengalami obesitas/overweight merupakan salah satu investasi penting yg dapat orang tua lakukan untuk kesehatan anaknya di masa mendatang.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa menyusui dapat secara bermakna menurunkan risko serta mencegah anak dari berat badan berlebih dan obesitas.
Bayi yang diberi ASI memiliki kadar lemak yang lebih rendah dibandingkan bayi dengan susu formula. Pada usia 5-6 tahun, anak yg tidak pernah mendapat ASI memiliki angka obesitas 4.5%, jauh lebih tinggi dibandingkan bayi yg mendapat ASI lebih dari 12 bulan, yang memiliki angka obesitas hanya 0,8% (von Kries et al. 1999). 

Bayi yang disusui oleh ibunya belajar mengendalikan jumlah ASI dan kalori yang dikonsumsinya dibandingkan bayi yg minum dengan botol, yg biasanya lebih sering “ditarget” untuk menghabiskan isi botol sekalipun telah merasa kenyang. Selain itu, kandungan susu formula yg padat energi dapat merangsang sistem endokrin untuk mengeluarkan lebih banyak insulin dan growth factor sehingga meningkatkan kadar lemak tubuh pada bayi tersebut. (Hediger et al. 2001).

Disarikan dari berbagai sumber.

Sabtu, 07 April 2012

DAYA TAHAN ASIP (ASI PERAH)

Hi Bundaaaa.. 
Masih semangat untuk ASI Eksklusif donggg :)
Kali ini saya ingin berbagi info ttg manajemen ASIP (ASI Perah) yang sangat penting diketahui oleh para ibu yang ingin memberikan ASI Eksklusif kepada buah hatinya. Terutama untuk ibu-ibu yang bekerja, namun tetap bisa memberikan ASI. 

Dari mempelajari manajemen ASIP ini, Deepa jd bisa bagi2 ASIP buat tmn2na yang membutuhkan ;) Karena saya sering perah dan bisa menyimpan ASIP, maka sampai saat ini Deepa punya 5 baby sodara seperASIan, karena menerima donor ASIP ibu Deepa ;)

Memompa atau memerah ASI memang ga bisa terlepas dari kegiatan menyusui, karenanya penting untuk mengetahui bagaimana cara menyimpan, mencairkan dan menghangatkan ASI hingga siap saji. Faktanya banyak ibu yang masih bingung gimana aturan mengenai Manajemen ASIP ini, sementara informasi tentang itu sesungguhnya mudah didapat. Googliingg :)


PRINSIP ASIP
  •     Semakin dingin maka semakin lama juga ASIP dapat disimpan
  •     Hindari peningkatan/penurunan suhu secara drastis
  •     ASIP beku yang sudah mencair tidak boleh dibekukan lagi, ASIP yang sudah dihangatkan tidak boleh dihangatkan lagi
  •     Masukkan ke Freezer HANYA JIKA akan digunakan lebih dari 8 hari
PENYIMPANAN ASIP (Daya Tahan)
PENYIMPANAN ASIP

Suhu
Daya Simpan
ASI Baru Di Perah


Kamar dengan suhu hangat
25⁰ C
4-6 jam
Suhu Kamar
19 – 22⁰ C
10 jam
Icepack/Coolbox
15⁰ C
24 jam
ASI Di Kulkas Bawah (letakkan dibagian belakang, jangan deket pintu)
ASI baru diperah
0 - 4⁰ C
3 hari/72 jam (ideal) – 8 hari (boleh)


Jika ASI yang baru diperah lalu lupa dimasukkin kedalam kulkas (masih di suhu kamar/dari coolbox), daya simpannya bisa menurun.
ASI yang sudah mencair
0 - 4⁰ C
24 jam
ASI Di Freezer (jangan dibekukan ulang, letakkan dibagian belakang, jangan deket pintu)
Kulkas 1 Pintu
Bervariasi
2 minggu
Kulkas 2 Pintu
Bervariasi
3-6 bulan
Freezer Khusus (freezer es krim)
-18 - -20⁰ C
6 bulan (ideal) – 12 bulan (boleh)






Sumber: kellymom.com dan llli.org
Catatan:
     1. Ini hanyalah panduan, sangat baik jika tetap memperpendek daya simpan untuk diberikan ke bayi
     2. Jika digunakan <8 hari sebaiknya tidak di freezer, karena anti-bakteri pada ASI lebih bertahan baik didalam kulkas bawah
     3. Karena Indonesia negara tropis, pada waktu-waktu tertentu suhu kamar bisa variasi antara 22-25⁰ C
     4. Bayi paling tau kondisi ASIP yang rusak, jika melebihi dari jam daya simpan sebaiknya tidak langsung dibuang, jika bau dan rasa masih normal boleh diberikan kepada bayi terlebih dahulu.


PAKAI APA SIMPANNYA?
Menurut Becky Flora, BSed, IBCLC, botol plastik yang BPA Free bisa dijadikan pilihan terbaik untuk penyimpanan di Kulkas Bawah karena sel darah putih (leukocytes) menempel pada botol kaca. Sementara, untuk penyimpanan di Freezer pilihan terbaik untuk menyimpan ASIP ada pada botol kaca karena lebih kuat dan sangat jarang bocor.
Beberapa pilihan yang baik untuk menyimpan ASIP adalah:
     1. Botol Kaca (sisa ASI cenderung tidak menempel pada botol kaca)
     2. Jika menggunakan botol plastik, pastikan yang BPA Free (bebas Bisphenol A)
     3. Sudah dicuci bersih (pakai air, sabun, dibilas, direbus dan dikeringkan) sebelum dipakai
     4. Jangan isi botol sampai penuh, sebaiknya sampai batas leher botol, karena ASI akan memuai
     5. Plastik ASIP dengan mutu baik
     6. Takaran ASIP dibotol sebaiknya antara 60 – 120ml (sesuai dengan kebiasaan banyaknya bayi minum, hal ini agar botol yang digunakan habis dalam sekali minum dan tidak ada sisa).
Catatan: Jangan gunakan plastik es yang biasa, karena pada beberapa jenis plastik dapat merusak nutrisi didalam ASIP
(sumber: llli.org)
botol pastik BPA Free #Deepa


botol kaca BPA Free #Deepa
MENCAIRKAN dan Menghangatkan ASIP
ASIP beku yang sudah dicairkan dapat disimpan di dalam kulkas bawah selama 24 jam. ASIP yang sudah dicairkan sebaiknya tidak dibekukan lagi karena akan merusak komposisi dan mengganggu aktifitas anti-bakteri yang terkandung didalam ASI.
Berikut adalah langkah-langkah mencairkan ASIP:
     1. ASIP beku di freezer pindahkan ke kulkas bawah pada malam sebelum digunakan
     2. Biasanya dalam 12 jam, ASIP yang sudah dipindahkan ke kulkas bawah akan mencair
Jika membutuhkan cara yang lebih cepat karena ga sempet cairkan dikulkas bisa coba cara ini:
     1. Cairkan dengan meng-aliri-nya dibawah keran air, atau
     2. Cara yang baik adalah dibawah air keran hangat yang suhunya naik secara perlahan, atau
     3. Rendam botol di mangkuk air hangat, jika air sudah dingin, ganti lagi dengan air hangat, begitu seterusnya hingga ASIP mencair, atau
     4. Bisa gunakan Bottle Warmer, naikkan suhu secara bertahap namun tidak boleh lebih dari 40⁰ C, komposisi ASI bisa rusak pada suhu  40⁰ C 
Cara Menghangatkan ASIP
Sebenarnya tidak ada aturan untuk menghangatkan ASIP. Selain karena kebiasaan saja untuk menyajikan secara hangat, mungkin juga karena ASI dari payudara memang selalu hangat pada suhu 37⁰ C. Boleh disajikan dingin jika memang bayi menyukainya. Penelitian juga menunjukkan bahwa temperatur ASIP yang diberikan tidak mempengaruhi pengosongan ASIP.
Setelah dicairkan, ASIP tidak boleh dibekukan kembali. ASIP yang sudah dihangatkan juga tidak boleh dihangatkan lagi. Pembekuan dan Penghangatan kembali dapat merubah komposisi ASI.

bahan bacaan:
www.kellymom.com
www.llli.org
www.ayahasi.org

Senin, 02 April 2012

ASI Exclusive yuk Bundaaa ;)

Hai bundaaa...
dari judulna, tulisan saya ini sudah jelas merupakan ajakan kpd bunda.. Tapi sebenarna tulisan ini untuk semua lapisan masyarakat agar memberikan dukungan untuk ibu menyusui, khususna para ayah ;)

Awal kehamilan, saya sama sekali tidak terpikirkan untuk ASI Exclusive (ASIX) untuk putra pertama saya, Deepa. Saya terfokus pada "lahiran" :) yg membuat saya sering mencari informasi dr internet, namun ternyata saya jg sering menemukan tulisan2 tentang pentingna ASI untuk buah hati dari internet. Maka dari itu, saya mantap memutuskan akan memberikan ASIX pad anak pertama saya. Hingga saat ini, Deepa berhasil masih ASIX (baru 8bln) dan lulus S1 ASIX (istilah untuk keberhasilan 6bln pertama memberikan ASI saja untuk baby). Dan saya berencana sampai pada S3 ASIX (ASIX 2 tahun) *mohon doana ya Bundaaa* 

Jadi.. mengapa ASIX? salah satu alasanna adalah ASIX mempunyai banyak manfaat untuk baby yang tidak tergantikan oleh makanan lainna. Selain itu ASIX juga memberikan manfaat untuk sang ibu ;) semoga tulisan saya bermanfaat :) semangaaattt bundaaaa \(^_^)/

KEUNGGULAN ASI DAN MANFAAT MENYUSUI

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
·   Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
·   Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
·   Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
·   Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI
·   ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
·   ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
·   Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
·   Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
·   Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA  dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
·         ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
·         Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
·         Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat  zat besi di saluran pencernaan.
·         Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
·         Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi  saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
·         Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik
·         Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
·         Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
·         Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan
·         Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
·         Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis
·         Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis
·         Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan
·         Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Sumber: Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001